Rembang merupakan nama salah satu kabupaten di utara Jawa Tengah, sebagaimana nama ibu kotanya. Untuk sampai di sini dari Semarang normalnya butuh waktu dua jam setengah dengan mengendarai sepeda motor. Ketika pertama kali mengunjungi Rembang, aku meminta teman asli Rembang mengantarku ke beberapa warung makan yang menyediakan kuliner lokal yang istimewa.
Nasi Tahu dan Sate Srepeh
Diantara makanan rembang yang harus dicoba adalah nasi tahu, yaitu nasi campur tahu dan biasanya dinikmati dengan sate srepeh. Ada dua warung di Rembang yang menyediakan nasi tahu yaitu Warung Pak No dan Warung Bu Slamet.
Warung pertama terletak di pojokan sebuah kelenteng cina depan sebuah rumah walet tua daerah pecinan/kota cina Rembang. Buka pada pagi dan malam hari, Pak No dan istrinya menyajikan jenis nasi tahu yang lebih manis daripada nasi tahu warung Bu Slamet yang ada di Jalan Wahidin. Tahu dalam nasi tahu dicampurkan dalam sebuah periuk bersama cabe rawit, asam jawa, dan garam. Campuran ini kemudian dituangkan ke atas nasi hangat yang dihidangkan pada selembar daun jati. Sentuhan akhir untuk hidangan ini adalah taburan taoge dan siraman kuah lodeh yang dibuat dari sayuran rebus.
Nasi tahu belum lengkap tanpa sate srepeh. Tidak seperti sate kebanyakan, irisan sate srepeh yang terdiri dari daging, kulit dan darah beku ayam tidak dibakar melainkan dikukus, dan sausnya terbuat dari bahan kelapa dan cabe rawit. Nama srepeh mengacu pada bentuk datar dari irisan daging ayam pada tusuknya.
Lontong Tuyuhan
Kuliner spesial lain dari Rembang, desa Tuyuhan, kecamatan Pancur pastinya adalah Lontong Tuyuhan. Awalnya dikatakan penduduk desa menjajakan lontong tuyuhan kepada para petani di sawah mereka. Sekarang, Lontong Tuyuhan terkenal ke seluruh Rembang. Salah seorang penjual Lontong Tuyuhan mengatakan yang asli hanya ditemui di desa Tuyuhan, karena merupakan desa sumber air yang digunakan dalam memasak, yang memberikan cita rasa yang asli.
Darimanapun airnya berasal, lontong dalam makanan ini berbentuk sebuah kerucut dan mempunyai bau khas daun pandan. Lontong ini disajikan dengan opor ayam dengan kuah santan yang kekuning-kuningan, kemiri, cabe rawit, daun salam, serai, jinten, dan bumbu-bumbu lainnya. Penjual lontong tuyuhan biasanya hanya membawa sebuah kendi berisi air untuk pembeli mencuci makanannya.
Hari terakhirku di Rembang, temanku membawaku ke warung Bu Warsih di jalan Rembang-Blora untuk mencoba kelo mrico, sebuah kuliner dengan ikan laut sebagai bahan utamanya. Ikan laut jenis apapun bisa diolah menjadi kelo mrico. Namun demikian, direkomendasikan memakai ikan sembilang (lele laut) untuk permukaan keras dagingnya, agar masakan ini awet selama waktu pendidihan yang lama bercampur berbagai buah rasa asam dan juga banyak bumbu meliputi bawang merah, kunyit, asam, laos, dan cabe rawit.
Untuk cita rasa minuman lokal, carilah jus kawis. Kawis atau kawista merupakan buah yang agak langka yang dapat ditemukan di sekitar daerah berbukit pantai utara Jawa Tengah. Rasanya agak sama dengan kola, dengan rasa buah yang keasam-asaman ini sering dijuluki Kola Jawa. Ketika sedang musimnya, buah kawis biasanya diolah menjadi sirup, selai, limun, jajanan, dan berbagai minuman ringan termasuk jus kawi.
Oleh: Labodalih Sembiring
Sumber: http://latitudes.nu/rembang%E2%80%99s-special-dishes-on-the-hunt-for-central-javanese-local-delicacies/
Diterjemahkan oleh Admin dengan bantuan translator online.